Monday, June 2, 2008

Penantian Sang Ayah

Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat menyayangi
anaknya. Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar
malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat
beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang
kembali, namun si anak tidak menurut.

Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak
terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si
ayah
selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan
menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di
rumah
sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar
apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya,
karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.

Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa
menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam
saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam
anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang
hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena
ternyata tempat 'hangat' tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang
terbakar hebat.

Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si
anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya
terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah
berkarat., namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat
merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya
hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya
mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia
merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia
menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan
boleh
memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan
kesembuhan anaknya. Setiap hari.

Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan
burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu
berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di sampingnya.
Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan
doa
sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah
yg
telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata.
"Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."

Sahabatku, terkadang seperti Anak itulah Tingkah kita. Terkadang kita Buta
dan Tuli, tidak mau sedikitpun mendengar dan melihat sekeliling kita. Tapi
Tuhan sebagai AYAH YANG BAIK dan SETIA pada Kita. Dia selalu dengan Sabar
Menuntun dan Menolong Kita.

0 comments:

Template by : x-template.blogspot.com
Trik-Tips Blog Trick Blog